# TEORI KEPRIBADIAN SEHAT
1.
Aliran Humanistik
Menurut aliran humanistik kepribadian yang
sehat, individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam
dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk
pada masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai
yang baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat
pasif.Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon
pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa
lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap
individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk
menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya.Kepribadian yang
sehat menurut humanistik, perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
a.
Menjalani
hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
b.
Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada
cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
c.
Lebih
memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara
tradisi, otoritas, atau mayoritas.
d.
Jujur;
menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
e.
Siap menjadi
orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.
f.
Memikul
tanggung jawab.
g.
Bekerja
keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
2.
Pendapat Allport
Tujuh criteria kematangan ini merupakan
pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
a.
Perluasan
Perasaan Diri
Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas
menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat hanya pada individu
kemudian diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan citi-cita yang abstrak.
Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal
ini “pertisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang
penting dari usaha manusia”. Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.Menurut
Allport, suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi diri; harus berarti
sesuatu bagi orang itu. Apabila anda mengerjakan suatu pekerjaan karena anda
percaya bahwa pekerjaan itu penting, menantang kemampuan, membuat anda merasa
enak, maka anda merupakan seorang partisipan otentik dalam pekerjaan itu.
Aktivitas itu lebih berarti daripada pendapatan yang diperoleh dan memuaskan
kebutuhan-kebuthan lain juga. Semakin seseorang terlibat sepenuhnya dengan
berbagai aktivitas atau orang atau ide, maka ia semakin sehat secara
psikologis. Diri menjadi tertanam dalam aktivitas-aktivitas yang penuh arti dan
menjadi perluasan perasaan diri.
b.
Hubungan
Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam
hubungan dengan orang-orang lain: kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk
perasaan terharu. Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan
keintiman (cinta) terhadap orangtua, anak, partner, teman akrab. Apa yang
dihasilkan oleh kapasitas untuk keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan
diri yang berkembang baik, syarat lain bagi kapasitas keintiman adalah suatu
perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik. Ada perbedaan antara
hubungan cinta dari orang yang neurotis dengan hubungan cinta dari
kepribadian-kepribadian yang sehat. Orang-orang yang neurotis harus menerima
cinta jauh lebih banyak daripada kemampuan mereka untuk memberinya. Apabila
mereka membari cinta, maka cinta itu diberikan dengan syarat-syarat dan
kewajiban-kewajiban yang bersifat timbal balik. Cinta dari orang yang sehat
adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan, atau mengikat. Perasaan terharu, tipe
kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan
perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas
untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan,
ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan cirri kehidupan
manusia. Empati ini timbul melalui “perluasan imajinatif” dan perasaan orang
sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya. Sebagai hasil dari kapasitas
perasaan terharu, kepribadian yang matang sabar terhadap tingkah laku
orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang sehat
menerima kelemahan-kelemahan manusia, dan mengetahui bahwa dia memiliki
kelemahan-kelemahan yang sama. Akan tetapi, orang yang neurotis tidak sabar dan
tidak mampu memahami sifat universal dari pengalaman-pengalaman dasar manusia.
c.
Keamanan
Emosional
Kepribadian-kepribadian yang sehat juga mampu
menerima emosi-emosi manusia. Kepribadian-kepribadian yang sehat mengontrol emosi-emosi
mereka, sehingga emosi-emosi ini tidak mengganggu aktivitas-aktivitas
antarpribadi, emosi-emosi diarahkan kembali ke dalam saluran-saluran yang lebih
konstruktif. Akan tetapi orang-orang yang neurotis menyerah pada emosi apa saja
yang dominant pada saat itu, berkali-kali memperlihatkan kemarahan atau
kebencian. Kualitas lain dari keamanan emosional ialah apa yang disebut Allport
“sabar terhadap kekecewaan”. Orang-orang yang sehat sabar menghadapi
kemunduran-kemunduran, tidak menyerah diri kepada kekecewaan, tetapi mampu
memikiran cara-cara yang berbeda, yang kurang menimbulkan kekecewaan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang sama atau tujuan-tujuan substitusi.
d.
Persepsi
Realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka
secara objektif. Sebaliknya, orang-orang yang neurotis kerapkali harus mengubah
realitas supaya membuatnya sesuai dengan keinginan-keinginan,
kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka sendiri. Orang-orang yang
sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi
semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap
realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.
e.
Keterampilan-keterampilan
dan Tugas-tugas
Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan
perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu, suatu tingkat
kemampuan. Kita harus menggunakan keterampilan-keterampilan itu secara ikhlas,
antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita. Allport
mengemukakan bahwa ada kemungkinan orang-orang yang memiliki
keterampilan-keterampilan menjadi neurotis, akan tetapi tidak mungkin menemukan
orang-orang yang sehat dan matang yang tidak mengarahkan keterampilan mereka
pada pekerjaan mereka. Allport mengutip apa yang dikatakan Harvey Cushing, ahli
badah otak yang terkenal, “satu-satunya cara untuk melangsungkan kehidupan
adalah menyelesaikan suatu tugas”. Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti
dan perasaan kontinuitis untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan
kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting
melakukannya dengan dedikasi, komotmen, dan keterampilan-keterampilan.
f.
Pemahaman
Diri
Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat
pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang-orang yang neurotis. Orang yang
sehat terbuka pada pendapat orang-orang lain dalam merumuskan suatu gambaran
diri yang objektif.Orang yang memilii suatu tingkat pemahaman diri (self objectification) yang tinggi
atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya
yang negatif kepada orang lain. Allport juga mengemukakan bahwa orang yang
memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas daripada orang yang
memiliki wawasan diri yang kurang.
g.
Filsafah
Hidup yang Mempersatukan
Bagi Allport rupanya mustahil memiliki suatu
kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Allport
menekankan bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat
penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Memiliki
nilai-nilai yang kuat, jelas memisahkan orang yag sehat dari orang yang
neurotis. Orang yang neurotis tidak memiliki nilai-nilai atau hanya memiliki
nilai-nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara sehingga tidak cukup
kuat untuk mengikat atau mempersatukan semua segi kehidupan. Suara hati juga
ikut berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Suara hati yang
tidak matang atau neurotis sama seperti suara hati kanak-kanak, yang patuh,
membudak, penuh dengan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan yang dibawa
dari masa kanak-kanak ke dalam masa dewasa. Sedangkan suara hati yang matang
adalah suatu perasaan kewajiban dan tangggung jawab kepada diri sendiri dan
orang lain.
3.
Pendapat Carl Roger
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah
pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia
dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia
tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh
kepercayaan. Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah:
A.
Organism, yaitu keseluruhan individu (the total
individual). Organisme memiliki sifat-sifat berikut: • Organisme beraksi
sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya. • Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu: mengaktualisasikan,
mempertahankan dan mengembangkan diri. • Organisme mungkin melambangkan
pengalamannya, sehingga hal itu disadari, atau mungkin menolak pelambangan itu,
sehingga pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau mungkin juga organisme
itu tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya.
B.
Medan
phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman (the totality of experience). Medan
phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari, tergantung apakah pengalaman
yang mendasari medan phenomenal itu dilambangkan atau tidak. • Self, yaitu
bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola
pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”. Self mempunyai
bermacam-macam sifat: a) Self berkembang dari interaksi organisme dengan
lingkungan. b) Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan
mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar. c) Self mengejar
(menginginkan) consistency (keutuhan/kesatuan, keselarasan). d) Organisme
bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self. e)
Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan stuktur self diamati sebagai
ancaman. f) Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan (maturation) dan
belajar.
·
Perkembangan kepribadian “SELF”
Konsep diri (self concept) menurut
Rogers adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan
disimbolisasikan, dimana “aku“ merupakan pusat referensi setiap pengalaman.
Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara
perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang
mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya“ dan “apa yang sebenarnya harus saya
perbuat“. Jadi, self concept adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai
pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan
aku. Konsep diri ini terbagi menjadi 2
yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua
konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi
yaitu:
1.
Incongruence Incongruence adalah ketidakcocokan
antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan
kekacauan batin.
2.
Congruence Congruence berarti situasi dimana
pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh,
integral, dan sejati.
Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanya incongruence ini
ketika mereka memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anak-anaknya.
Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku
sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang dipandang
tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih sayang yang
tidak kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan congruence-nya. Remaja
yang orang tuanya memberikan rasa kasih sayang kondisional akan meneruskan
kebiasaan ini dalam masa remajanya untuk mengubah perbuatan agar dia bisa
diterima di lingkungan. Dampak dari
incongruence adalah Rogers berfikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika
konsep diri mereka terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan
tersebut, manusia akan mengubah perbuatannya sehingga mereka mampu berpegang
pada konsep diri mereka. Manusia dengan tingkat incongruence yang lebih tinggi
akan merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam konsep diri mereka
secara terus menerus. Setiap manusia
memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan,
dan cinta dari orang lain. Perkembangan diri dipengaruhi oleh cinta yang
diterima saat kecil dari seorang ibu. Kebutuhan ini disebut need for positive
regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard
(bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
·
Peranan Positive Regard dalam
pembentukan kepribadian individu
Setiap manusia memiliki kebutuhan basic
akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, cinta, kasih, dan sayang
dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard,
yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard
(bersyarat) dan unconditional positive regard (tak
bersyarat). Pribadi yang berfungsi sepeuhnya adalah pribadi yang mengalami
pengharagaan positif tak bersyarat. Mengapa? Karena ini penting, dihargai,
diterima, disayangi, dicintai sebagai seseorang yang berarti tentu akan
menerima dengan penuh kepercayaan.
·
Ciri-ciri orang yang berfungsi
sepenuhnya
Rogers mengemukakan lima sifat khas dari seseorang yang berfungsi
penuh:
1.
Keterbukaan pada pengalaman Bahwa seseorang
tidak bersifat kaku dan defensif melainkan bersifat fleksibel, tidak hanya
menerima pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tapi juga dapat
menggunakannya dalam membuka kesempatan lahirnya persepsi dan ungkapan-
ungkapan baru.
2.
Kehidupan
eksistensial Orang yang tidak mudah berprasangka ataupun memanipulasi
pengalaman melainkan menyesuaikan diri karena kepribadiannya terus-menerus
terbuka kepada pengalaman baru.
3.
Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat
diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan yang lebih dapat diandalkan daripada
faktor-faktor rasional atau intelektual.
4.
Perasaan bebas Semakin seseorang sehat secara
psikologis, semakin mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak.
5.
Kreativitas Seorang yang kreatif bertindak dengan bebas dan
menciptakan hidup, ide dan rencana yang konstruktif, serta dapat mewujudkan
kebutuhan dan potensinya secara kreatif dan dengan cara yang memuaskan.
4.
Pendapat Maslow
·
Hierarki Kebutuhan Manusia
Maslow menyusun teori motivasi
manusia, dimana variasi kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk
hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya jenjang
sebelumnya telah (relatif) terpuaskan (tabel.1) menyajikan secara ringkas empat
jenjang basic need atau deviciency need, dan satu jenjang metaneeds atau growth
needs. Jenjang motivasi bersifat mengikat, maksudnya ; kebutuhan pada tingkat
yang lebih rendah harus relatif terpuaskan sebelum orang menyadari atau
dimotivasi oleh kebutuhan yang jenjangnya lebih tinggi. Jadi kebutuhan
fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul kebutuhan rasa aman.
Sesudah kebutuhan fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul
kebutuhan rasa aman. Sesudah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpuaskan,
baru muncul kebutuhan kasih sayang, begitu seterusnya sampai kebutuhan dasar
terpuaskan baru akan muncul kebutuhan meta.
Ø
Kebutuhan Dasar 1 : Kebutuhan Fisiologis
Umumnya kebutuhan fisiologis bersifat neostatik (usaha menjaga keseimbangan
unsur-unsur fisik) seperti makan, minum, gula, garam, protein, serta kebutuhan
istirahat dan seks. Kebutuhan fisiologis ini sangat kuat, dalam keadaan absolut
(kelaparan dan kehausan) semua kebutuhan lain ditinggalkan dan orang
mencurahkan semua kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini.
Ø
Kebutuhan Dasar 2 : Kebutuhan Keamanan
(Safety)
Sesudah kebutuhan keamanan terpuaskan secukupnya, muncul kebutuhan
keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas, kebebasan
dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan fisiologis dan keamanan pada dasarnya
adalah kebutuhan mempertahankan kehidupan. Kebutuhan fisiologis adalah
pertahanan hidup jangka pendek, sedang keamanan adalah pertahanan hidup jangka
panjang.
Ø
Kebutuhan Dasar 3 : Kebutuhan Dimiliki dan Cinta
(Belonging dan Love)
Sesudah kebutuhan fisiologis dari keamanan relatif terpuaskan,
kebutuhan dimiliki atau menjadi bagian dari kelompok sosial dan cinta menjadi
tujuan yang dominan. Orang sangat peka dengan kesendirian, pengasingan, ditolak
lingkungan, dan kehilangan sahabat atau kehilangan cinta. Kebutuhan dimiliki
ini terus penting sepanjang hidup. Ada
dua jenis cinta (dewasa) yakni Deficiency atau D-Love dan Being atau B-love.
Kebutuhan cinta karena kekurangan, itulah D- Love; orang yang mencintai sesuatu
yang tidak dimilikinya, seperti harga diri, seks, atau seseorang yang membuat
dirinya menjadi tidak sendirian. Misalnya : hubungan pacaran, hidup bersama
atau perkawinan yang membuat orang terpuaskan kenyamanan dan keamanannya.
D-love adalah cinta yang mementingkan diri sendiri, yang memperoleh daripada
memberi. B-Love didasarkan pada
penilaian mengenai orang lain apa adanya, tanpa keinginan mengubah atau
memanfaatkan orang itu. Cinta yang tidak berniat memiliki, tidak mempengaruhi,
dan terutama bertujuan memberi orang lain gambaran positif, penerimaan diri dan
perasaan dicintai, yang membuka kesempatan orang itu untuk berkembang.
Ø
Kebutuhan Dasar 4 : Kebutuhan Harga Diri (Self
Esteem)
Ketika kebutuhan dimiliki dan mencintai sudah relatif terpuaskan,
kekuatan motivasinya melemah, diganti
motivasi harga diri. Ada dua jenis harga diri : 1. Menghargai diri
sendiri (self respect) : kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi, prestasi,
kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan. 2. Mendapat penghargaan dari
orang lain (respect from other) : kebutuhan prestise, penghargaan dari orang
lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting, kehormatan, diterima
dan apresiasi. Orang membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya dikenal dengan baik dan
dinilai dengan baik oleh orang lain.
Ø
Kebutuhan Dasar Meta : Kebutuhan Aktualisasi
Diri
Akhirnya sesudah semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah
kebutuhan meta atau kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu yang
orang itu mampu mewujudkannya secara maksimal seluruh bakat –kemampuann
potensinya. Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan
dirinya sendiri (Self fullfilment), untuk menyadari semua potensi dirinya,
untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif
dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya. Manusia yang dapat mencapai
tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan
dari kebutuhan- kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan
semacam itu.
·
Kepribadian yang Sehat Menurut Maslow
Ada beberapa pendapat Maslow mengenai individu yang sehat itu
seperti apa.
Maslow menulis tentang manusia yang sehat secara psikiatris:
"Pertama dan yang paling penting adalah keyakinan yang kuat bahwa manusia memiliki kodratnya sendiri yang hakiki. Kedua, terkandung suatu konsepsi bahwa perkembangan yang benar-benar sehat, normal dan yang dicita-citakan terjadi dalam bentuk mengaktualisasikan kodrat ini, memenuhi potensi-potensi ini." Individu yang sehat adalah individu yang berhasil mengembangkan cintanya, bukan lagi diarahkan ke dalam diri sendiri, tetapi bisa diperluas pada orang-orang lain. Individu yang sehat melihat pertumbuhan dan perkembangan orang lain menjadi sama pentingnya pertumbuhan dan perkembangan diri sendiri. Maslow menempatkan rasa tanggung jawab pada orang lain melalui hierarki kebutuhannya, terutama pada kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan. Maslow juga menyatakan bahwa pertumbuhan psikologis akan menghasilkan kesehatan psikologis, sedangkan orang yang gagal bertumbuh dengan sendirinya akan mengalami gejala patologi baik mental maupun fisik.
Maslow menulis tentang manusia yang sehat secara psikiatris:
"Pertama dan yang paling penting adalah keyakinan yang kuat bahwa manusia memiliki kodratnya sendiri yang hakiki. Kedua, terkandung suatu konsepsi bahwa perkembangan yang benar-benar sehat, normal dan yang dicita-citakan terjadi dalam bentuk mengaktualisasikan kodrat ini, memenuhi potensi-potensi ini." Individu yang sehat adalah individu yang berhasil mengembangkan cintanya, bukan lagi diarahkan ke dalam diri sendiri, tetapi bisa diperluas pada orang-orang lain. Individu yang sehat melihat pertumbuhan dan perkembangan orang lain menjadi sama pentingnya pertumbuhan dan perkembangan diri sendiri. Maslow menempatkan rasa tanggung jawab pada orang lain melalui hierarki kebutuhannya, terutama pada kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan. Maslow juga menyatakan bahwa pertumbuhan psikologis akan menghasilkan kesehatan psikologis, sedangkan orang yang gagal bertumbuh dengan sendirinya akan mengalami gejala patologi baik mental maupun fisik.
·
Perbedaan "Metaneeds" dengan "Deficiency needs"
Metaneeds atau "metakebutuhan"
merupakan keadaan-keadaan pertumbuhan atau ke arah mana
pengaktualisasi-pengaktualisasi-diri bergerak. Disini terdapat B-values yakni
tujuan-tujuan dalam dirinya sendiri, bukan alat untuk mencapai tujuan-tujuan
lain.
Deficiency needs merupakan keadaan-keadaan untuk membereskan suatu kekurangan dalam organisme. Misal, apabila pada suatu waktu kita tidak makan, maka kita akan merasa ada kekurangan di dalam tubuh kita. Kekurangan tersebut bisa menimbulkan perasaan sakit dan tidak enak. Kita memiliki suatu kebutuhan khusus (lapar) akan objek tujuan khusus (makanan).
Deficiency needs merupakan keadaan-keadaan untuk membereskan suatu kekurangan dalam organisme. Misal, apabila pada suatu waktu kita tidak makan, maka kita akan merasa ada kekurangan di dalam tubuh kita. Kekurangan tersebut bisa menimbulkan perasaan sakit dan tidak enak. Kita memiliki suatu kebutuhan khusus (lapar) akan objek tujuan khusus (makanan).
·
Ciri-ciri Actualized People
1.
Berorientasi secara Realistik
Inilah sifat paling umum dari orang yang
teraktualisasi. Ia mampu mengamati objek-objek dan orang-orang di sekitarnya
secara objektif. Maslow menyebut persepsi objektif ini Being-cognition (B-cognition), suatu bentuk
pengamatan pasif dan reseptif, semacam kesadaran tanpa hasrat. Ia melihat dunia
secara jernih sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi oleh keinginan, kebutuhan,
atau sikap emosional.
2.
Penerimaan umum atas kodrat, orang-orang lain
dan diri sendiri
Orang yang teraktualisasi menerima dirinya, kelemahan-kelemahan
dan kekuatan-kekuatannya tanpa keluhan atau kesusahan. Ia menerima kodratnya
sebagaimana adanya, tidak defensif atau bersembunyi di balik topeng-topeng atau
peranan sosial. Sikap penerimaan ini membuatnya mampu mendengarkan orang lain dengan
penuh kesabaran, rendah hati dan mau mengakui bahwa ia tidak tahu
segala-galanya dan bahwa orang lain akan mengajarinya sesuatu.
3.
Spontanitas, kesederhanaan, kewajaran
Dalam semua segi kehidupan, orang yang
teraktualisasi bertingkah laku secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura.
Ia tidak harus menyembunyikan emosi-emosinya, tetapi dapat memerlihatkan
emosi-emosi tersebut secara jujur dan wajar. Seperti anak kecil, orang yang
teraktualisasi kadang terlihat lugu, mendengarkan dengan penuh perhatian,
takjub dan heran akan sesuatu yang baru, dan itu semua dilakukannya secara apa
adanya tanpa dibuat-buat.
4.
Memusatkan diri pada masalah dan bukan pada
diri sendiri
Orang yang teraktualisasi-diri tidak pernah
menyalahkan diri sendiri ketika gagal melakukan sesuatu. Ia menganggap
kegagalan itu sebagai suatu hal yang lumrah dan biasa saja. Ia mungkin akan
mengecam setiap ketololan dan kecerobohan yang dilakukannya, tetapi hal-hal
tersebut tidak menjadikannya mundur dan menganggap dirinya tidak mampu.
Dicobanya lagi memecahkan masalah dengan penuh kegembiraan dan keyakinan bahwa
ia mampu menyelesaikannya.
5.
Memiliki kebutuhan akan privasi dan
independensi
Orang yang mengaktualisasikan-diri memiliki
kebutuhan yang kuat untuk memisahkan diri dan mendapatkan suasana kesunyian
atau suasana yang meditatif. Ia butuh saat-saat tertentu untuk tidak terganggu
oleh adanya orang lain. Ia memiliki kemampuan untuk membentuk pikiran, mencapai
keputusan, dan melaksanakan dorongan dan disiplin dirinya sendiri.
6.
Berfungsi secara otonom terhadap lingkungan
sosial dan fisik
Orang yang mengaktualisasikan-diri sudah
dapat melepaskan diri dari ketergantungan yang berlebihan terhadap lingkungan
sosial dan fisik. Pemuasan akan motif-motif pertumbuhan datang dari dalam diri
sendiri, melalui pemanfaatan secara penuh bakat dan potensinya.
7.
Apresiasi yang senantiasa segar
Orang yang teraktualisasi senantiasa
menghargai pengalaman-pengalaman tertentu bagaimana pun seringnya pengalaman
itu terulang, dengan suatu perasaan kenikmatan yang segar, perasaan terpesona,
dan kagum. Bulan yang bersinar penuh, matahari terbenam, gelak tawa teman, dan
hal-hal biasa lainnya selalu dipandang seolah-olah merupakan pengalaman yang
baru pertama kali baginya. Apresiasi yang senantiasa segar ini membuat hidupnya
selalu bergairah tanpa kebosanan.
8.
Mengalami pengalaman-pengalaman puncak (peak experiences)
Ada kesempatan di mana orang yang
mengaktualisasikan diri mengalami ekstase, kebahagiaan, perasan terpesona yang
hebat dan meluap-luap, seperti pengalaman keagamaan yang mendalam. Inilah yang
disebut Maslow “peak experience” atau
pengalaman puncak. Pengalaman puncak ini ada yang kuat dan ada yang ringan.
Pada orang yang teraktualisasi, perasaan “berada di puncak” ini bisa
diperolehnya dengan mudah, setiap hari; ketika bekerja, mendengarkan musik,
membaca cerita, bahkan saat mengamati terbit matahari.
9.
Minat sosial
Orang yang teraktualisasi memiliki perasaan
empati dan afeksi yang kuat dan dalam terhadap semua manusia, juga suatu
keinginan membantu kemanusiaan. Ia menemukan kebahagiaan dalam membantu orang
lain. Baginya mementingkan orang lain berarti mementingkan diri sendiri.
10. Hubungan
antarpribadi yang kuat
Orang yang teraktualisasi memiliki cinta yang
lebih besar, persahabatan yang lebih dalam serta identifikasi yang lebih
sempurna dengan individu-individu lain. Sahabat-sahabatnya bisa jadi tidak
banyak, tetapi sangat akrab. Istrinya mungkin cuma satu, tetapi cinta yang diterima dan diberikannya
sangat besar dan penuh kesetiaan. Ia tidak memiliki ketergantungan yang
berlebihan kepada orang yang dicintai sehingga membuatnya terhindar dari
cemburu buta, iri hati, dan kecemasan.
11. Struktur
watak demokratis
Orang yang sangat sehat membiarkan dan
menerima semua orang tanpa memerhatikan kelas sosial, tingkat pendidikan,
golongan politik, ras, warna kulit, bahkan agama. Tingkah laku mereka
menunjukkan tingkat toleransi yang tinggi, tidak angkuh, tidak picik atau
menganggap diri paling benar. Sifat ini menggabungkan beberapa meta-kebutuhan
seperti kebenaran, kejujuran, dan keadilan.
12. Mampu
mengintegrasikan sarana dan tujuan
Bagi orang yang teraktualisasi, sarana adalah
sarana dan tujuan adalah tujuan. Tetapi berbeda dengan orang-orang biasa, orang
yang teraktualisasi melihat sarana bisa pula menjadi tujuan karena kesenangan
dan kepuasan yang ditimbulkannya. Pekerjaan bagi orang yang sehat bukanlah
semata-mata untuk mendapatkan keuntungan material, tetapi untuk mendapatkan
kesenangan dan kepuasan. “Menyenangi apa yang dilakukan” sekaligus “melakukan
apa yang disenangi”, membuat hidup bebas dari paksaan, terasa santai dan penuh
dengan rekreasi.
13. Selera
humor yang tidak menimbulkan permusuhan
Humor yang disukai oleh orang yang mencapai
aktualisasi lebih bersifat filosofis; humor yang menertawakan manusia pada
umumnya, bukan kepada individu tertentu. Ini adalah sejenis humor yang
bijaksana yang dapat membuat orang tersenyum dan mengangguk tanda mengerti
daripada membuatnya tertawa terbahak-bahak.
14. Sangat
kreatif
Kreativitas juga merupakan ciri umum
pada manusia superior ini. Ciri-ciri yang berkaitan dengan kreativitas ini
antara lain fleksibilitas, spontanitas, keberanian, keterbukaan, dan kerendahan
hati. Maslow percaya ini merupakan sifat yang sering hilang tatkala orang sudah
dewasa. Kreativitas bisa berarti menghasilkan karya baru, asli, inovatif, atau
menggabungkan beberapa penemuan sehingga didapatkan sesuatu yang berbeda.
Kreativitas juga merupakan suatu sikap, suatu ungkapan kesehatan psikologis dan
lebih mengenai cara bagaimana kita mengamati dan beraksi terhadap dunia – suatu
proses – dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah selesai.
15. Menentang konformitas
terhadap kebudayaan
Orang yang teraktualisasi bukanlah penentang
kebudayaan, tetapi ia dapat berdiri sendiri dan otonom, mampu melawan dengan
baik pengaruh-pengaruh sosial untuk berpikir dan bertindak menurut cara-cara
tertentu yang diyakininya baik. Orang ini tidak terlalu memermasalahkan hal-hal
kecil seperti cara berpakaian, tata-krama, cara makan, dan sebagainya, tetapi
ia dapat keras dan terus-terang jika mendapati soal-soal yang sangat penting
baginya mengenai aturan-aturan dan norma-norma masyarakat.
5.
PENDAPAT FROMM
·
Pengertian dasar teori Fromm
Erich Fromm sebagai psikoanalisis humanis boleh dibilang merupakan
pembaharuan dalam tradisi Freudian ortodoks. Erich Fromm berhasil membuat suatu
terobosan unik dalam tadisi psikoanalisis dengan memberi perhatian pada dimensi
kultur, sejarah dan sosio ekonomi dalam analisisnya terhadap karakter individu
dan sosial. Secara umum teori Erich Fromm dapat digolongkan dalam psikologi
sosial yang mengkonstruksikan teori kebutuhan fisik dan psikis individu serta
kebutuhan dan tujuan masyarakat yang secara mutual dapat terpuaskan. Erich
Fromm berpendapat bahwa kepribadian adalah produk kebudayaan. Faktor kuncinya
adalah bagaimana masyarakat memuaskan kebutuhan-kebutuhan manusia. Menurut
Erich Fromm, penyebab patologi yang utama adalah masalah sosio kultural. Dalam
tingkat mikro, mencakup hubungan simbiotik antara orang tua dan anak. Pada
tingkat makro, meliputi kekuatan ekonomi dan politikdalam masyarakat yang
mempengaruhi pertumbuhan pribadi.
·
Kepribadian yang sehat menurut Fromm
Fromm
menyebutkan kepribadian yang sehat: orientasi produktif ,
yakni suatu konsep yang serupa dengan kepribadian yang matang dari Allport, dan
orang yang mengaktualisasikan diri dari Maslow. Konsep itu menggambarkan
penggunaan yang sangat penuh atau realisasi dari potensi manusia. Dengan menggunakan
kata “orientasi” , Fromm menunjukan kata itu merupakan suatu sikap umum atau
segi pandangan yang meliputi semua segi kehidupan, respons-respons intelektual,
emosional, dan sensoris terhadap orang-orang, benda-benda, dan
peristiwa-peristiwa di dunia dan juga terhadap diri sendiri. Empat segi
tambahan dalam kepribadian yang sehat dapat membantu menjelaskan apa yang
dimaksudkan Fromm dengan orientasi produktif. Keempat segi tambahan itu adalah
cinta yang produktif, pikiran yang produktif, kebahagian dan suara hati.
v
Cinta yang produktif adalah suatu hubungan manusia yang bebas dan sederajat dimana
rekan-rekan dapat mempertahankan individualitas mereka. Tercapainya cinta yang
produktif merupakan salah satu dalam prestasi-prestasi kehidupan yang lebih sulit.
Kita tidak “jatuh” dalam cinta; kita harus berusaha sekuat tenaga karena cinta
yang produktif menyangkut empat sifat yang menantang – perhatian, tanggung
jawab, respek, dan pengetahuan.
v
Pikiran yang produktif meliputi kecerdasan, pertimbangan, dan objektivitas.
Pemikir yang produktif didorong oleh perhatian yang kuat terhadap objek
pikiran. Pemikir yang produktif dipengaruhi olehnya dan memperhatikannya.
v
Kebahagian adalah suatu bagian integral dan hasil kehidupan yang berkenaan dengan
orientasi produktif; kebahagian itu menyertai seluruh kegiatan produktif. Fromm
menuliskan bahwa suatu perasaan kebahagian merupakan bukti bagaimana
berhasilnya seseorang “dalam seni kehidupan”. Kebahagian merupakan prestasi
kehidupan yang paling luhur.
v
Suara hati memiliki dua tipe, yakni suara hati otoriter dan suara hati humanisti.
Suara hati otoriter adalah penguasa yang berasal dari luar yang di
internalisasikan, yang memimpin tingkah laku orang itu. Sedangkan suara hati
humanistis ialah suara dari dalam diri dan bukan juga dari suatu perantara dari
luar diri. Pendoman kepribadian sehat untuk tingkah laku bersifat internak dan
individual. Orang bertingkah laku sesuai dengan apa yang cocok untuk berfungsi
sepenuhnya dan menyikapi seluruh kepribadian, tingkah laku-tingkah laku yang
menghasilkan seluruh persetujuan dan kebahagian dari dalam. Kesehatan jiwa
dalam pandangan Fromm di tetapkan oleh masyarakat, karena kodrat struktur
sosial membantu atau menghalangi kesehatan psikologis. Apabila
masyarakat-masyarakat yang sakit, maka satu-satunya cara untuk mencapai
orientasi produktif ialah dengan hidup dalam suatu masyarakat yang waras dan
sehat, yaitu masyarakat yang memajukan produktivitas.
·
Ciri-ciri Kepribadian Sehat
Menurut Fromm,
orang yang berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Mampu mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat.
- Mampu mencintai dan dicintai.
- Mampu mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu,
- Mampu hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat.
- Mampu menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya.
- Memiliki watak sosial yang produktif.
Daftar Pustaka :
Hall S, C & Lindzey G. (1993). Teori-Teori Psikodinamik
(Klinis). Kanisius: Yogyakarta.
Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum.
Jakarta: Universitas Gunadarma
Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan.
Yogyakarta: KANISUS
Lindsay,Gardner. Editor: Sugiyono. 1993.
Psikologi Kepribadian 3 Teori-Teori Kepribadian dan Behavioristik. Kanisius :
Yogyakarta
Jess, J. And Gregory,J.F.teori kepribadian. Jakarta: salemba
humanika, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar